Pertanyaan 1 dari Teh Ghina
Teteh suami aku itu cowo yg cuek dan tertutup dan juga ingin selalu tampak baik dan baik-baik saja terkadang jadi suka bohong menutupi masalah dan kesalahan nya, adakah tips dan trik dri teteh2 atau ada kah yg punya certa yg sama?
Dia ga romantis tapi ga pernah mengeluh, protes,nyuruh sama aku jdi smuanya gmana aku entah percaya atau gak mau ambil pusing,menurut teteh2 gimana ya??
Jawab :
Teh Faeyza: teteh udah lama berumah tangga? memang dari pertama nikah begitu teh?
Bisa saja suami tidak mau membebani istri dg masalahnya.
Atau mungkin suami malah belum nyaman bercerita ttg masalahnya pada orang lain.
jadi tipenya introvert gitu teh.
Teh Nina: Sudah pernah cb ngobrol dr hati ke hati teh? Suami sy jg tertutup orangnya, tp sesekali sy suka nanya dia, jd blh dbilang kita yg lbh cerewt. Alhamdulillah smkin kesini dia sndiri yg mulai terbuka. Bhkn jd sering saling minta pndpt soal kerjaan dll
Teh Sari: Izin menanggapi ya teh.. sependek pengalaman sy, lebih banyak di ajak ngobrol dan diskusi teh.. pancing” aja supaya dia lebih banyak ungkapin apa yg dia mau dan dia rasa.. pelan” teh karena pasti ga mudah prosesnya.. suami saya dulu begitu sejak pacaran, tapi skr alhamdulillah berubah sedikit demi sedikit..
Teh Nida: Bismillah. Coba ya teh..
Kalau di ilmu psikologi ada istilah self disclosure teh. Jadi kalau mau orang lain bisa mengungkapkan tentang dirinya, harus kita dulu yang begitu. Mungkin teh Ghina bisa coba ungkapkan dulu perasakan atau pemikiran teteh tentang apapun, atau tanyakan langsung aja dengan baik2 kenapa gak banyak cerita ke istri, mudah2an setelahnya suami mau coba terbuka.
Karakternya laki2 kan memang gak banyak bicara, kalau ada masalah suka dipendam sendiri dulu karena gak mau nyusahin istri, tapi setelah beres dia akan cerita..
Mungkin suami menutupi masalah karena takut istri khawatir atau takut respon istri yg berlebihan. Dulu sy gitu, makanya suami gak banyak cerita krn khawatir sy kepikiran. Tp pelan2 sy bilang utk cerita aja, jangan ditutupin, krn perasaan istri bisa ngerasain klo suami ada yg ditutup2in. Intinya perbanyak komunikasi, dan terus menerus kenali suami, insyaAllah lama2 juga terbuka
Teh Indika: Punten teh mau ikut nimbrung hehe saya pernah baca katanya struktur otak lelaki dan perempuan berbeda kalau perempuan itu senangnya mengeluarkan unek2 atau kata2 min brp ribu kata perhari gtu ya, nah kebalikannya lelaki lbh seneng langsung bertindak..fitrahnya mungkin ya teh, tapi gapapa kita pancing aja teh bicara dari hati ke hati biar teteh lega trs respon suami mungkin kaya biasa2 aja atau cuek tp didalam hatinya sepertinya lelaki itu memikirkan gmn solusi terbaik atau bagaimana cara membahagiakan istrinya walaupun tidak dengan kata2...gitu mungkin teh punten
Teh Siti Robiah: Setau aku *kata pa Ustadz* dalam suatu kajian suami tuh gakan banyak cerita sebelum masalah dia selesai, klo udah selesai masalah nya baru beliau akan cerita sama istrinya, nah itu tuh kaya suatu kegagahan/harga diri/ketampanan/kehebatan beliau sebagai seorang suami yang super. Dan perempuan pun belum tentu bisa memberi solusi utk masalah tertentu yang ada paling perempuan mah jadi fikiran..
Teh Nita: Hai teh Ghina 👋🏻
Perlu kita ketahui dulu perbedaan Pria dan Wanita
*Thinking vs Feeling* memiliki pengertian :
Pria Orang berkarakter *Thinking* biasanya lebih cenderung menggunakan logika dalam menghadapi suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh kepala ketimbang hati. Mereka juga cenderung impersonal dan objektif. Orang berkarakter Thinking umumnya lebih suka memberikan kritik daripada pujian kepada orang lain. Inilah yang membuat mereka dipandang dingin oleh orang-orang karena analitis.
Sedangkan Wanita orang berkarakter *Feeling* adalah orang yang cenderung menggunakan perasaan dalam menghadapi suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh hati ketimbang kepala. Biasanya, dalam menilai orang mereka cenderung subyektif. Daripada memberikan kritik, mereka lebih suka memberi pujian pada orang. Mereka sering dianggap lembut karena tidak mau melukai perasaan orang lain.
hal itu manusiawi sekali saya juga mengalami hal yang sama dengan bunda. Suami saya blas tidak ekspresif. Awal pernikahan saya juga gondok betul masih berlangsung sampe akhirnya belajar di kelas matrikulasi ini. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana" begitulah puisi Sapardi Djoko Damono membenak di hati Saya. Bahwa kesederhanaan cinta itu tulus. Unconditional. Maka terima seikhlasnya sifat suami. Barangkali suami punya caranya sendiri mengungkapkan rasa cinta.
Tetaplah ekspresif mengungkap sayang bila itu memang cara kita. Walopun balasan yang kita dapat tatapan aneh atau senyum kecut .
Dengan penerimaan ini kita lapang. Selama suami gak keberatan dengan keeskrpresifan kita, teruskan. Yang terjadi di suami saya lama lama sih cair walopun gak drastis. Saya masih terus berusaha.
Teh Engelya: Awalnya saya gini terus ada suatu masalah akhirnya kita belajar membuka diri....
Saling cerita penting gak penting. Kalo hanya ingin d dengar aku suka bilang dengerin aja lg gak mau d komentarin begitu pun beliau
Teh Sri Rejeki: Intinya sih dikomunikasi, dulu juga begitu apa - apa di handle sendiri sampai bikin jemuran dari kayu, nembok ngecat dilakukan sendiri sampai akhirnya saya baca sebuah artikel jangan terlalu depan jangan ambil bagiannya biar dia pun merasa dibutuhkan walau pun kita mampu. Suami ga romantis pun sama, acuh dan cuex dan lagi - lagi saya baca di sebuah artikel bahwa sentuhan2 bisa membuat pasangan lebih erat, dari pada nunggu dia yang berubah saya lakukan duluan, saya cium duluan kadang sambil lewat saya cium
Allhamdulilah dah berubah sekarang
Pertanyaan 2 dari Teh Nina
Bagaimanakah menjaga keistiqomahan visi misi hidup teh? Kadang memang sudah menemukan jalan yg pas, tp tetap aja susah dan banyak rintangan dlm menjaga visi misi hidup kita.
Seperti tgs nhw 3 kemarin, saya meyakini bahwa saya ditempatkan di lingkungan ini karena untuk mewarnai sisi spiritual yang memang sedikit jauh dari islam, tapi untuk tetap istiqomah mengajak lingkungan sekitar rasanya berat. Mohon pencerahannya teh
Jawab:
Teh Nita: 2. satu visi misi bukan berarti satu jenis pekerjaan. Karena pasti setiap orang memiliki potensi bakatnya masing-masing. Dan visi misi keluarga lebih dari sekedar profesi. Visi keluarga merupakan garis besarnya, misi merupakan peran yang kita jalankan untuk meraih visi tersebut. Dimana masing masing anggota keluarga berhak memilih peran hidup yang diminati selama masih on track dengan visi keluarga.
Kuncinya adalah sinergi, mari digali bersama sama, karya apa yang bisa disinergikan untuk keluarga, dengan suami yang enterpreneur dan Bunda sebagai abdi negara (keluarga).
Saya biasanya lebih sering membuat family project bersama
Pertanyaan 3 dan 4 dari teh komala:
1. Dari hasil review NHW 3 ini saya mememukan makna yang sangat mendalam tentang "iqra" , namun saya masih ingin mendapatkan penjelasan yang lebih rinci sebenarnya apa yang Allah inginkan dengan menghadirkan kita dibumi ini ( kalau bisa dgn keterangan al qurannya ), menghadirkan anak2, suami, keluarga dan lingkungan yang ada ditengah-tengah kita saat ini ?
Saya harap ada jawaban pastinya teh, bukan hanya pertanyaan balik saja, karena keterbatasan saya menjangkau itu maka saya ingin lebih di arahkan.
2. "Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yg terpisahkan, sehingga harus ada yg dikorbankan ".
Dari pernyataan di atas, bagaimanakah caranya agar hal tersebut bisa terwujudkan ?
Jawab:
Teh Murni: Mau menanggapi pertanyaan ke4 dr teh Komala.
Sepengetahuan saya, Allah memberikan kita amanah baik itu keluarga, anak, pekerjaan tujuannya adalah untuk meng-kader/me-leverage kapasitas kita. Yang sebelumnya hanya berkutat mengurusi cita-cita dan tujuan pribadi. Stelah berkeluarga bahkan punya anak, kita dituntut untuk semakin bertambah tambah. Baik kemampuan segi keilmuan, keimanan dan mungkin sampai ke fisik. Tubuh kita dituntut utk selalu fit agar bisa menjalankan semua amanah yang diembankan kpd kita, keilmuan hrs selalu diupdate dan apalagi keimanan terus menerus diasah dari satu masalah ke masalah berlipat ganda
Teh Nita: Hai teh Komala 👋🏻
Pertanyaan yang Luar biasa dan jadi self Reminder
1. MAN ‘Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”. Begitulah kurang lebih makna dari sabda Rasulullah SAW tersebut.
Apa maksud presisi kalimat tersebut? Seperti apa “mengenal diri” itu? Dan, bagaimana bisa dengan mengenal diri sendiri lalu menjadi mengenal Rabb? Apakah diri ini adalah Rabb? Apakah ini terkait dengan pantheisme—menyatunya wujud Tuhan dan wujud manusia?
Mari kita perhatikan sabda Beliau SAW tersebut. “Man ‘arafa nafsahu”. Siapa yang ‘arif akan nafs-nya—jiwanya. Sebenarnya bukan sekadar mengenal, tapi ‘arif. ‘Arif akan jiwanya. ‘Arif kurang lebih bermakna “sangat memahami”, “paham dengan sebenar-benarnya”.
Sedangkan dalam “faqad arafa rabbahu”, kata “faqad” berarti “maka pastilah”, atau “sudah barang tentu”. Ada kadar kepastian yang tercakup di sana, jauh lebih pasti derajatnya dari sekadar “akan”. “Faqad ‘arafa rabbahu”, berarti “maka pastilah akan ‘arif tentang Rabb-nya”.
“Siapa yang ‘arif akan jiwanya, maka pastilah akan ‘arif tentang Rabb-nya”, begitu kira-kira maknanya.
Tujuan
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayinnah, 98:5)
Fungsi dan peranan manusia dalam Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Cara memahami kehendakNya adalah membaca tanda-tanda cintaNya yang diberikan ke kita selama ini. Apakah kita menyadarinya bahwa DIA sudah banyak memberikan banyak tanda-tanda cinta ke kita, sehingga kita paham maksud DIA menciptakan kita? kita menganggapnya biasa2 saja sehingga tidak berfikir banyak ? Di NHW#3 ini memang banyak point2 pertanyaan yang sebenarnya clue dari jawaban
2. Adalah tugas setiap manusia untuk menemukan potensi keunikan diri yang disebut bakat ini,. Allah SWT menyatakan dalam Alquran Al-Israa ayat 84 bahwa :
“… Setiap orang akan berbuat sesuai Syakilaah-nya masing-masing …”
Syakilaah inilah modal unik yang Allah SWT install dalam diri setiap orang, dengan tujuan menunaikan misi yang berbeda demi tujuan besar sebagai rahmatan lil’aalamiin.
Potensi kekuatan, diasah menjadi keahlian.
Potensi ini adalah fitrah yang udah Allah install ke diri kita, namanya syaakiilah . Jadi setiap orang ada pembawaan bakatnya/syaakiilahnya masing-masing .
Yang selalu saya usahakan adalah tetap belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik mengerahkan potensi diri yang diberikan oleh ALLAH SWT agar bermanfaat bagi diri,keluarga,juga sekitar saya dan tumbuh produktif agar Allah Ridhoi. Yaitu Potensi Cretivitas saya agar tumbuh produktif bagi keluarga, bisa di pergunakan untuk mendidik anak-anak saya juga bermanfaat dan menginspirasi bagi yang lain.
Teh Nida: Pengen sharing sedikit, kemarin habis ikut kajian, salahsatu pematerinya adalah bu Lilis Rohaeti. Ada satu kalimat yang jleb banget, redaksinya agak saya ubah sedikit: salahsatu cara agar selalu mencintai pasangan adalah dengan memupuk cinta kepada Allah swt
MasyaAllah, suami juga termasuk titipan Allah, milik Allah, jadi percayakan semua pada Allah. Kadang kita terlalu berharap banyak pada suami, tapi berujung kecewa. Padahal mah, kembalikan saja harapan itu pada Allah. Kita tetap berusaha tapi mintalah pada Allah agar ia membimbing dan meluruskan hati suami, karena hanya Allah yg maha membolak balikkan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar