Rabu, 21 Maret 2018

TJ Sesi #9 Ibu Sebagai Agen Perubahan

Pertanyaan 1
Dari : Rena Herdiani Hodijah
begini teh, ini pertanyaan plus curhat kayanya. sebelum menikah saya sudah bekerja dan saya sangat menyukai pekerjaan saya dan sy menikmatinya. saya merasa disinilah passion saya. saya merasa berbinar binar mengerjakannya. meskipun harus merantau tidak menjadi masalah. Akan tetapi setelah menikah kegiatan yg saya sukai selama ini berbenturan dengan kondisi keluarga. untuk menjalankan kegiatan yg saya sukai ini saya tinggal berjauhan dengan anak dan suami saya semenjak saya menikah. seperti kata bu septy bahwa ketika melakukan sesuatu yg kita bisa dan suka bisa jadi itu adalah bagian dari misi spesifik hidup kita. tapi ketika dilingkaran pertama kita sudah ada warning berarti harus di evaluasi.

pertanyaannya apakah passion seseorang itu bisa dan harus berubah teh sesuai dengan kondisinya? khususnya sebelum dan sesudah menikah? dan apabila berbenturan dengan keluarga itu tandanya kegiatan yg saya sukai selama ini belum menjadi misi spesifik saya kah? kira kira kalau kasus saya ini saya harus berhenti sejenak atau berhenti selamanya teh. hehehe....

sebetulnya saat mengerjakan nhw#8 ada 2 AHA teh. satu AHA diranah publik satu di ranah domestik. tapi saya pilih yg fokus ke ranah domestik/keluarga meskipun aktivitas yg saya pilih kemarin adalah hal baru buat saya dan intensitas waktunya tidak sebanyak di ranah publik.

Jawaban :
Dewi Nita Purnama Sari (Nita)
Teteh bisa tentukan dulu apa yang menjadi prioritas pertama untuk sekarang ini apa ? ( idealnya prioritas pertama keluarga teh, tapi saya gereget karena belum bisa mencapai itu. ketika ditanya prioritas utama ya keluarga tapi pada kenyataannya belum demikian teh.. saya lebih sering ninggalin keluarga karena tuntutan tugas negara.)

Kegiatan yang teteh suka, kegiatan yang berupa apa teh ? (kegiatan yg bisa ketemu banyak orang... cerita banyak hal dan kegiatan yg bentuknya private, dengerin cerita/keluh kesah orang lain.... semacam itu teh…)

Teteh Psikolog? Sekarang teteh bekerja di ranah apa ? Sesuai passion ? Sejalan dengan misi visi keluarga ? ( saya konselor adiksi teh... tapi nyemplung gak sengaja. tugas awal sebetulnya penyuluh narkoba tapi karena daerah utara indonesia minim sdm jadinya merangkap... kalau ditanya sejalan dengan misi visi keluarga sepertinya belum teh. karena saya merasa g seimbang.iya teh sesuai passion. dari dulu sebetulnya saya ingin jadi psikolog dan motivator. cm gak boleh sama ortu jadi psikolog, ortu ingin saya jadi dokter tapi qodarullah udah ikhtiar 3 kali gak lolos lolos ahahha... dan lewat pekerjaan ini saya merasa doa saya terjawab. karena meskipun saya bukan motivator, psikolog atau dokter tapi fungsi yg saya jalani hampir sama... cm saya g berhak diagnosis dan kasih resep)

Apakah teteh merasa nyaman dengan kondisi sekarang? apakah suami dan anak-anak juga nyaman? (naaah ini yg saya alami setelah menikah makin kesini makin gak nyaman... suami sebetulnya g pernah protes kecuali kalau saya ngeluh. anak belum bisa bicara. tapi naluri saya sebagai ibu dan istri bikin ga nyaman. ada perasaan sangat merasa bersalah...)

Merasa bersalahnya ?
(karena tidak bisa membersamai suami dan anak teh. saya seperti kehilangan peran)

Teh, mungkin saya share berdasarkan pengalaman dari cerita seorang teman.
Dulunya, teman saya itu bekerja di ranah publik, ternyata pekerjaan itu adalah passionnya, mengolah data dan melayani orang di sebuah rumah sakit swasta. Hanya setelah menikah, tidak ada paksaan dan kondisi apapun yang membuat beliau harus keluar dari zona yang _aku banget_ tapi harus dilakukan demi kebaikan bersama yaitu untuk tinggal bersama 1 keluarga.

Pekerjaan itu adalah passionnya, paling berbinar dan paling disukainya. Setelah memutuskan untuk meninggalkan ranah publik yang disukai, banyak kondisi yang menantang, yaitu ternyata tidak siap menerima perubahan dan keluar dari zonanya. Lalu tahun demi tahun, segala proses dan perjuangan dihadapinya, terutama kondisi kejiwaan.

Saran dari teman saya tersebut adalah sebelum mengambil keputusan besar, tanyalah dalam hati kecil. Jangan pernah mengabaikan hati kecil, karena disitulah kebaikan yang Allah berikan. Maka sarannya *berhentilah sejenak untuk bergerak*

Dan akhirnya lama kelamaan, AHA moment itu akan tercipta, bukan tiba-tiba datang, tapi kitalah yang mencari. Dan proses dalam menemukan itu butuh waktu. Dalam kasus ini, passion teman saya tersebut tidak berubah hanya berbeda penyalurannya, yaitu sudah berbelok ke ranah domestik. Dan ada lagi pengalaman rekan saya yang lain semoga dapat ibroh dari kisahnya.

saya punya passion juga teh. saya suka, saya bisa dan sangat berbinar, mendarah daging malah _lebay_nya mah.. hehe. pas udah nikah, ada perasaan, _yaahh cita2 saya belum terwujud_ tapi mau bagaimana lagi hidup harus berjalan. saya merasa kalau saya melanjutkan _saya ngga bisa_ karena kebetulan berbenturan juga dengan keluarga. entah memang keinginan suami, dan aspek lainnya.

saya coba ikhlas, karena berusaha jd ibu profesional yang taat sama suami, total sama anak, dll atas dasar ibadah kepada Allah. Alhamdulillah Allah kasih jalan lain. Di tempat lain Allah kasih jalan dimana saya masih bs mengoptimalkan kelebihan saya. karena kelebihan saya nggak cuma satu yang Allah kasih. saya bisa optimalkan banyak haaal dan saya senang sekarang.

Muflihatussyarifah
Izin menanggapi ya teh.. sy pernah baca suatu kalimat bijak, mungkin tth” disini jg pernah baca.. 
“Karir gagal bisa di ulang, mendidik anak gagal tidak akan bisa di ulang”
Sudah coba istikharah teh?
Dan benar kata teh nita passion masih bisa dijalani tanpa harus meninggalkan keluarga..
Insha allah akan ada cara dan jalan lain untuk tth tetap bisa menjalankan passion tanpa harus merasa bersalah karena meninggalkan anak dan suami

Nina Yarana Silmiati
Saya coba tanggapi ya teh Rena.
Teh Rena, coba tanya ke hati teh rena lagi. Apa yg mau teteh perjuangkan? Keluarga atau passion teteh?
Ini share pengalaman saya ya teh. Dulu saya juga gak kepikiran untuk keluar dari pekerjaan ranah publik. Tapi setelah menikah dan punya anak, saya yg kondisinya merantau memaksa diri saya untuk berpikir bahwa saya harus berhenti. Karena mimpi saya bisa saya lanjutkan nanti, tapi keluarga ketika sdh gagal tidak bisa saya ulang. Nah pikiran ini yg membuat saya yakin untuk berhenti.

Dan kata2 be profesional, rejeki will follow betul2 terasa teh setelah saya memutuskan untuk fokus k keluarga, justru rejeki2 yang tak terduga datang dari arah yg tak disangka. Bahkan bonusnya banyak.
sekarang saya kembali bekerja diranah publik mulai awal januari kemaren. Perasaannya lebih bahagia, lebih senang, karena keluarga nyaman, dan saya tidak merasa meninggalkan keluarga.

Dewi Nita Purnama Sari (Nita)
Allah mengkaruniai anak bukan tanpa alasan. Ini adalah amanah. Itu artinya Allah SWT percaya kita mampu menjaga dan merawat dengan sebaik-baiknya.
Masa2 tumbuh kembang anak tidak akan terulang lagi dan ini merupakan pondasi pembentukan karakternya.
Bersungguh-sungguhlah dengan amanah Allah. Jika passion/pekerjaan saat ini benar2 merupakan misi hidup dan alasan mengapa kita dilahirkan, maka InsyaAllah akan terbuka jalan untuk mewujudkannya.

Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri adalah orang yang bisa _bersyukur tanpa batas

Orang yang punya mimpi besar, kemudian tidak menggengamnya, melainkan menyerahkan mimpi sepenuhnya ke Allah, dan menerima apapun yang Allah berikan pada diri kita. (Septi Peni Wulandani)

If You Can CHANGE YOUR SELF, you can CHANGE ANYTHING and you can CHANGE THE WORLD. (Bu Septi Peni Wulandani)

Anne Yuliana
Teteh izin menanggapi dan sekaligus curhat ya.. hehe
Saya percis dg teteh, dulu saya kerja dan pekerjaan itu saya senangi dan paling membuat saya berbinar2.
namun bedanya setelah punya anak, suami saya menginginkan saya untuk di rumah. tapi saya tetep keukeuh dengan passion saya. saya rasa tidak masalah menjadi seorang ibu bekerja. sampai akhirnya anak sudah mulai bisa bicara, kata panggil yg keluar dari mulut mungilnya adalah "bibi".

Dipanggil bibi oleh anak sendiri kok kaya berasa sakit gitu teh,, anak sedang main dg saya yang di panggil adalah bibi bukan saya..

Dari sana saya merenung, mana prioritas saya. Dan lagi2 suami menyakinkan saya bahwa ada yang lebih membutuhkan saya dibanding seabgrek pekerjaan saya di kantor, yaitu anak.
Dan suami pun meyakinkan lagi mengenai rezeki keluarga.
suami kerja + istri kerja = 1
suami kerja + istri gak kerja akan tetap sama dengan 1.
Dan alhamdulillah dengan niat bakti saya kepada suami, bismillah diusia anak 3tahun saya resign. Tapi ya betul teh tetap harus dipikirkan matang2.
karena ketika kita memutuskan untuk keluar dari ranah publik, dan pure di ranah domestik itu merupakan tantangan baru.

Karena jujur pertama kali saya jadi full mommy, saya kaget dengan seabgrek rutinitas di ranah domestik. Walaupun lama kelamaan saya jadi terbiasa, kuncinya dengan niat ibadah, dan bakti pada suami.

Muflihatussyarifah
Sy jg punya pengalaman pribadi yg sama dgn teh @⁨Teh Nina IIP M2 Pasir Impun⁩ Dulu sy fikir sy akan melanjutkan karir sy setelah lulus kuliah, ternyata sebelum lulus pun allah sdh menggerakkan hati sy untuk tetap membersamai anak sy.. dan benar aj teh berat rasanya sy meninggalkan anak.. pemikiran sy saat itu adalah sy harus memastikan anak sy mendapat pendidikan terbaik dari ibunya, bukan dr orang lain.. sy tidak bs menyalahkan siapapun jika terjadi hal” yg tidak sesuai harapan sy, misalnya sy ingin anak menjadi mandiri dan berani tapi ketika sy kuliah dan anak sy titipkan ke mertua hal yg tdk sy harapkan terjadi.. anak sy menjadi penakut karena terlalu banyak larangan dari neneknya, terlalu di jaga dengan kehati-hatian sehingga dia tidak berani dgn hal yg seharusnya tidak perlu ditakuti..
Prosesnya memang ga mudah teh, sampai saat ini pun (sudah berjalan hampir 2th) msh ada penolakan dr org tua sy yg msh menginginkan anaknya bekerja di ranah publik.. berat rasanya teh melawan orangtua, seperti merasa tidak bisa membahagiakan mereka..
tapi sy sudah yakin akan keputusan sy ini, alhamdulillahnya suami mendukung penuh jd kl lg galau abis di ceramahin org tua krn sy ga mau kerja lagi sy lgs curhat sampe nangis” ke suami.. Tth harus yakin dulu apa yg skr menjadi prioritas dan harus tth perjuangkan terlebih dahulu.

Dewi Nita Purnama Sari (Nita)
Seperti Bu Septi dapat Metode Jarimatika yg membuming itu karena membersamai anak
Saya juga makin terasah kreatif krn membersamai Anak
Yang saya khawatirkan sekarang saat ia sudah sedikit besar apakah masih bisa dekat dengan saya

Restika Kananingsih
I feel you teh.. Maaf baru beres manjat dan kok asa pengen nangis liat pengalaman teteh" dan baca ceritanya teh rena

Muflihatussyarifah
Teh Rere⁩ ga sendirian teh..
Dulu sblm gabung dgn iip sy juga galauuuuu beratt masih bergolak batin sy ketika mendengar permintaan org tua untuk kembali bekerja di ranah publik..
Setelah gabung dgn iip sy semakin yakin dgn keputusan sy ini..
Banyak sekali ilmu dan kalimat” sakti yg sy dapat dr iip sehingga menguatkan tekad sy..
Skr sih sy lebih santai kl ditanyain atau diminta kerja lagi oleh orang tua cm sy jawab dengan senyuman, ga ada lagi drama nangis”an ke suami karena disuruh kerja sm orang tua..

Anne Yuliana
betul teh,, kalau kata suami saya mah,
*anak itu investasi kita yang luar biasa besar, merekalah yang in syaa Allah akan mengangkat derajat kita dunia akhirat*

Rena Herdiani Hodijah
beberapa kalimat sakti (ikut istilahnya teh sari )
ikhlas, menjadi ibu profesional yg taat pada suami dan total sama anak
jangan pernah mengabaikan hati kecil karena disitulah kebaikan yg allah berikan*
karir gagal bisa diulang, mendidik anak gagal tidak bisa diulang
akan ada jalan untuk tetap menjalani passion tanpa harus meninggalkan keluarga merasa bersalah
menyerahkan mimpi sepenuhnya ke allah dan menerima apapun yg allah berikan pada kita
kuncinya dengan niat ibadah dan bakti sama suami
be profesional, rezeki will follow benar benar terasa
anak investasi yg luar biasa yg allah berikan untuk kita, mereka yg insya allah akan mengangkat derajat kita di dunia dan akhirat di IIP banyak kalimat sakti sehingga menguatkan tekad saya

masya allah...
jadi bahan renungan teh... beberapa kalimat sakti yg saya garis bawahi dan insya allah menjadi vitamin yg mahal harganya dan menjadi mood boster khususnya untuk saya dan umumnya untuk teteh tteh yg lain.
hatur nuhun Teh Nita, Teh Sari, Teh Nina, Teh Anne, dan teteh teteh yg lainnya yg sudah meluangkan waktu dan berpartisipasi.
sampai jumpa besok di NHW terakhir... semoga semangatnya masih full seperti awal kita berjumpa yess....
mohon maaf jika ada kalimat yg salah, selamat beristirahat teteh teteh kesayangan, sampai jumpa besok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar